Senin, 28 Maret 2011

Interaksi Social

A. Pengertian Interaksi Social
Para ahli interksi simbolik, seperti G. H. Mead (1863-1931) dan C.H. Cooly (1846-1929). Memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa orang-orang berinteraksi terutama menggunakan symbol-simbol yang mencakup tanda isyarat dan yang paling penting, melalui kata kata yang tertulis dan lisan.
Para ahli dalam bidang perspektif modern, seperti Erving goffman (1959) dan Herber blumer (1962) menekankan bahwa orang tidak menanggapi orang lain secara langsung, sebaliknya mereka menanggapi orang lain sesuai dengan ”Bagaimana mereka membayangkan orang itu”. Dalam perilaku manusia. “kenyataan bukan suatu yang tampak saja, Kenyataan dibangun dengan alam pikiran orang-orang pada waktu mereka saling menilai dan menerka perasaan dan gerak hati satu sama lain.
B. 1. Model atau Bentuk Interaksi Social Antar Umat Beragama
Masyarakat pulau Enggado tergolong masyarakat petani dan nelayan yang masih tradisional. Masyarakat hidup membaur dalam pluralitas etnis suku bangsa, social dan agama. Secara historis kehidupan masyarakat ini belum pernah mengalami konflik antar umat beragama, kecuali masalah criminal biasa. Karena para penganutnya tidak pernah mempersoalkan masalah perbedaan baik masalah social, ekonomi maupun Agama, oleh karena itu fonemena suasana kenersamaan antar umat beragama tampak dalam beberapa aktifitas, antara lain: a. kerjasama social yang melibatkan antar umat beragama, seperti dalam upacara perkawinan, kematian, pembukaan lahan dan pembangunan sarana dan prasarana umum. b. saling kunjung para tokoh agama baik ke gereja ataupun ke masjid
Berdasarkan fenomena ini terwujudnya interaksi social antar umat beragama tersebut di dorong leh beberapa factor:
a. Faktor Tradisi, yang ada sejak nenek moyang yang bersifat gotong royong dan tolong menolong.
b. Aktor kekerabatan antar suku bangsa , yang di gunakan untuk menyelesaikan sengketa.
c. Faktor misi Dakwah, yang menekannkan Aspek kemanusiaan dan pemberdayaan umat.
d. Factor kerjasama antar tokoh Agama, pemimpin Adat dan aparat pemerintah.
e. Ada persepsi antar umat beragama, bahwa perbedaan agama adalah masalah yang lazim dan harus di terima.
f. Tidak adanya provokasi yang menimbulkan perpecahan, baik oleh masyarakat atau pemimpin maupun pihak ketiga.
2. Tradisi-Tradisi Agama Islam, Hindu dan Budha
Posisi geografis Indonesia memberi peluang yang besar bagi masuknya kebudayaan asing secara lebih muda dan cepat. Keuntungan geografis ini melahirkan keuntungan-kuntungan ekonomi, politis, social dan cultural. Keadaan ini berlangsung sejak awal masehi, tak heran bila bentuk dan corak praktik kepercayaan dan budaya yang ada di Indonesia cukup beragam dan pluralistic. Jika kita melihat praktek dan bentuk kepercayaan, misalnya, hindu atau budha di India, tak akan sama dengan yang ada di Indonesia atau jika bila melihat tradisi umat islam yang ada di arab atau timur tengah lainnya akan sedikit atau banyak berbeda dengan apa yang di praktekkan di Indonesia. Ini terjadi karena setiap bangsa dan suku memiliki caranya masing-masing dalam menerima, merespon dan mengadaptasi budaya asing yang datang kepadanya. Selanjutnya, orang Indonesia khususnya bagian timur, mengenal pula agama Kristen yang dibawa oleh portugis (katolik) dan belanda (Protestan). Dari hasil peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu, Budha dan Islam terlihat jelas pengaruhnya terhadap segi politik, social, system tatanegara, bahasa, kesusastraan, seni arsitektur, seni rupa, dan aspek-aspek kepercayaan.
Pada bagian dua ini kita akan lebih mendalami hasil Interaksi antara budaya pribumi-lokal, dengan budaya hindu budha dan islam sebagai tradisi dan budaya “baru”. Akan terlihat bagaimana masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia. Kalau kita melihat sejarah, diperkirakan agama yang masuk keindonesia adalah agama budha khususnya masuk di Sumatra (Sriwijaya pada abat ke 7) sebelum akhirnya ke jawa tengah. Setelah itu baru agama Hindu yang masuk ke Indonesia. Khususnya Kalimantan dan jawa bagian barat, tengah dan kemudian timur.
Proses interaksi masyarakat Indonesia dengan budaya asing berlanjut terus menerus hingga datanglah islam yang di mulai dari pasai hingga tidure-ternate. Dari malaka hingga maluku, ketika islam datang masyarakat Indonesia dalam pengaruh hindu-Budha yang masing-masing hidupnya berdampingan. Kedatangan kaum muslim di terima dengan baik oleh masyarakat pribumi Indonesia. Terutama kaum bangsawan dan pedagang. Melalui pendekatan budaya, pengenalan islam sebagai agama pendatang kepada masyarakat Indonesia penganut hindu budha. Berproses cukup damai, peranan para ulama dalam penyebaran agama islam di sambut oleh masyarakat karena dakwah yang dilakukan menggunakan pendekatan yang menyesuaikan dengan adapt local, tanpa meghilangkan tradisi sebelumnya.
Dengan demikian, ajaran islam dapat di terima dengan mudah dan tanpa ketakutan, kaum ulama menyadari bahwa masyarakat Indonesia bersifat plural dan beraneka ragam budaya dan suku bangsa. Unsur-unsur budaya yang masih melekat dan dapat dirasakan hingga sekarang adalah: Tahlilan, Halal bi halal, berziarah, Tahlilan merupakan kekhasan sendiri yang tidak di temui pada masyarakat islam di timur tengah. Tahlilan adalah cara doa bersama yang di adakan oleh keluarga orang yang meninggal, yang di ikuti oleh sanak keluarga orang yang meninggal. Tahlilan pada dasarnya itu mengucapkan “la ilaha illallah” yang berarti tiada tuhan selain allah. Acara taahlilan ini lazimnya dilakukan selama tujuh hari berturut-turut setelah itu peringatan 7, 40, 100 hari bahkan sampai 1000 hari kemudian. Disini terlihat bahwa acara tahlilan ini bukan sepenuhnya ajaran murni islam, Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengadakan tahlilan bila ada yang meninggal, melainkan dengan mendoakannya agar orang meninggal tersebut diampuni dosanya dan di terima keimanan islamnya.
Halal bi halal merupakan acara saling maaf memaafkan antar sesame umat islam. Di Indonesia acara ini biasanya dilakukan pada bulan terakhir ramadhan yakni perayaan idul fitri. Bila di Negara timur tengah acara ini dilakukan pada awal Ramadhan tapi di ndonesia cenderung dilakukan pada akhir ramadhan. Bila di telusuri kebiasaan ini dilakukan sejak zaman kesultanan non arab yang memiliki budaya sendiri sebelum islam datang. Jadilah, budaya local (non arab) tersebut saling berdialektika dengan tradisi asli islam. Ziarah yakni berkunjung kepada makan untuk mendoakan almarhumagar iman islamnya di terima disisinya dan dihapuskan dosa-dosanya. Pada perkembangannya kegiatan ini disisipi kehendak-kehendak yang tidak ada hubungannya dengan islam. Tradisi ini bercampur padu dengan pemujaan nenek moyang atau dewa-dewa hindu budha dan hasilnya sang penziarah bukan mendoakan malah memiliki tujuan lain yaitu memintak kekuata ghoib kepada roh nenek moyang.
C. Pandangan Marx Weber tentang Interaksi dalam Agama
Buku Weber yang terkenal berjudul The Protestant Ethic and the spirit of capitalism diterbitkan pada tahun 1904. dalam buku ini yang merupakan langkah pertama baginya untuk memasuki bidang kajian sosiologi agama. Weber membahas hubungan antara berbagai kepercayaan keagamaan dan etika praktis, dan khususnya etika dalam kegiatan ekonomi. Dikalangan masyarakat barat sejak abad ke 16 sampai sekarang. Persoalan ini dalam konteks agama-agama dan peradaban-peradabanyang berbeda-beda, tetap menjadi perhatian utama, dan kajiannya terhadap agama yahudi kuno dan berbagai agama di India dan china. Serta agama yunani-romawi dan Kristen sektariat, seluruhnya terkait dengan masalah tersebut, namun demikian, meskipun masalah etika ekonomi itu merupakan pusat perhatiannya tapi lingkup kajiannya sangat luas sekali menjangkau seluruh hubungan yang mungkin terjadi antara berbagai corak masyarakat dan agama. Untuk mengikuti alur pemikirannya cara yang paling sederhana untuk memulainya adalah menganalisis argument yang dikemukakannya dalam bukunya yang mengenai etika protestan tersebut. Dan kemudian memperhatikan bagaimana hal itu bisa mengantarkannya kepada kajian komperatif terhadap agama-agama dan berbagai struktur social yang lain.
Tugas pertama yang dilakukan adalah menampilkan bukti mengenai hubungan antara berbagai bentuk tertentu agama protestan dan perkembangan yang sangat cepat menuju kapitalisme. Dia mengemukakan contoh terkenal di negri belanda pada abad ke 16 da 17, mengenai pemilikan bersama dalam kegiatan usaha kapitalis di kalangan keluarga huguenos dan orang-orang perancis pada abad ke 16 dan 17, dikalangan puritan di inggris, dan lebih dari itu juga di kalangan para penganut cabang puritanisme inggris yang menetap di amerika dan mendirikan wilayah di new England. Dia tertarik dengan contoh-contoh ini karna contoh ini mewakili kejaian dimana berbagai sikap baru dalam kegiatan ekonomi secara dramatic mengalakan tradisionlisme ekonomi yang lama.
Pandangan weber mengenai hal ini adalah bahwa penolakan terhadap tradisi atau perubahan sangat cepat pada metode dan valuasi terhadap kegiatan ekonomi seperti itu tidak akan mungkin terjadi tanpa dorongan moral dan agama. Namun dia juga tetap mengajukan bukti mengenai tetap adanya perbedaan dalam cara yang di tempuh oleh berbagai kelompok keagamaan untuk ikut ambil bagian dalam kapitalisme yang mapan pada masanya sendiri. Di jerman dan prancis serta Hongaria, dia menyatakan dengantegas bahwa distribusi pekerjaan dan persiapan pendidikan bagi mereka menujjukan bahwa para penganut Kristen protestan calvinis lebih besar kemungkinan untuk memainkan peranan dalam dunia usaha dan manajerial serta melaksanakan pekerjaan di berbagai organisasi modern berskala besar., disbanding dengan para penganut katoloik atau protestan aliran Lutheran. Kedua kelompok yang disebut belakangan ini cenderung tetap menekuni pekerjaan di bidang pertanian dalam bidang-bidang usaha berskala kecil.
D. Dialog antar Agama
Apa Dialog itu? Hidup berdampingan antar bermacam kelompok pemeluk agama dengan toleransi dan penuh kedamaian adalah sangat baik. Akan tetapi, hal itu belum dinamakan dialog antar bermacam agama. Juga dialog itu bukan hanya memberi informasi, mana yang sama mana yang beda, antara ajaran satu dengan ajaran yang lain.
Dialog antar agama bukan suatu usaha untuk membentuk agama baruyang dapat di terima oleh orang banyak. Dialog adalah juga bukan berdebat adu argumentasi antara berbagai kelompok pemeluk agama. Dialog juga bukan suatu usaha mintak pertanggung jawaban kepada orang lain dalam menjalankan aganya.
Lalu apa dialog antar agama itu? Dialog antar agama adalah pertemuan hati dan pikiran antar pemeluk berbagai agama. Dialog adalah komunikasi antara orang-orang yang percaya pada tingkat agama. Dialog adalah jalan bersama untuk mencapai kebenarandan kerjasama dalam proyek-proyek yang menyangkut kepentingan bersama.
Seorang muslim yang berjumpa dengan pemeluk agama lain dalam Dialog adalah sebagai seorang muslim. Demikian juga halnya dengan seorang Kristen, hindu atau budha yang berjumpa dengan orang yang beragama lain. Ia bermaksud berbakti kepada tuhan dan diharapkan orang yang di ajak bicara juga mempunyai tujuan yang sama. Yaitu ia mau mendengarkan pandangan yang diajukan olehnya dan bersedia untuk belajar daripadanya.
Dialog antar agama membiarkan utuh hak setiap orang untuk mengamalkan keyakinannya dan menyampaikan kepada orang lain. Dan tidak menuntut para pesertanya untuk meninggalkan kepercayaan agamanya pada waktu Dialog. Dialog anta ragama adalah suatu perjumpaan yang sungguh-sungguh, bersahabat dan berdasarkan hormat dan cinta dalam tingkatan agama antara berbagai kolompok pemeluk agama.
Adapun bentuk-bentuk Dialog antar agama antara lain adalah: pertama Dialog kehidupan. Pada tingkatan ini orang dari berbagai macam agama atau keyakinan hidup bersama dan kerjasama untuk saling memperkaya keyakinan masing-masing. Hal ini terjadi pada keluarga, sekolah, angkatan bersenjata, rumah sakit, industri, kantor dan lain sebagainya.
kedua Dialog dalam kegiatan social, untuk meningkatkan harkat umat manusia dan pembebasan integral dari umat itu. Berbagai macam agama bisa bekerja sama melaksanakan proyek-proyek pembangunan dengan tujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan kebodohan. Ketiga Dialog komunikasi pengalaman agama, seperti Doa, Meditasi, Ingan kepada Tuhan, tafakkur dan dzikir kepada tuhan. Dan yang keempat adalah dialog untuk doa bersama Dialog ini seringkali dilakukan dalam pertemuan agama-agama internasional. Yang didatangi oleh berbagai macam kelompok beragama. Misalnya dialog untuk doa bersama yang dilakukan pada tanggal 27 oktober 1986, hari doa sedunia untuk perdamaian.
E. Pengaruh Interaksi dalam Agama terhadap Kehidupan Masyarakat
Sebelumnya kita pasti sudah faham bahwa masyarakat Indonesia itu sangat pluralistic yang terdiri bermacam suku bangsa, bahasa, dan sebagainya termasuk pula terdiri dari bermacam-macam agama di antaranya islam, Kristen, hindu, budha dan itu sama juga di dukung oleh keadaan geografisnya yang sangat luas sehingga membuat masyarakatpun menyebar dan berkembang dengan pesat.
Kemudian untuk menciptakan hubungan masyarakat mulai dari antar suku bahasa, bangsa dan beragama dengan baik maka diperlukan juga system interaksi yang baik pula karna kalau tidak, akan berdampak tidak baik. Seperti bisa terjadinya konflik baik itu konflik antar suku, ras, seagama maupun antar umat beragama. Seperti yang masih terjadi di kalangan kita yaitu satu agama tapi berbeda organisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar