Senin, 28 Maret 2011

Faktor-Faktor Dan Pengaruh Sosial Ekonomi Dalam Keluarga

Faktor-Faktor Dan Pengaruh Sosial Ekonomi Dalam Keluarga
Para ahli filsafat dan analisis social telah melihat bahwa masyarakat adalah struktur yang terdiri dari keluarga dan bahwa keanehan-keanehan suatu masyarakat tertentu dapat digambaran dengan menjelaskan hubungan kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Karya etika dan moral tertua menerangkan bahwa masyarakat kehilangan kekuatanya jika anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Dalam hubungan ekonomi keluarga perlu mengkonsumsi pangan sandang dan papan untuk bertahan hidup. Oleh sebab itu seorang ayah atau seorang kepala rumah tangga perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kita tahu bahwa dalam keluarga itu terdiri dari ayah,, ibu dan anak, itu biasanya disebut dengan keluarga kecil dan kalu keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek dan nenek itu biasanya di sebut dengan keluarga besar. Anggota tersebut semuanya membutuhkan makan sehingga sebagai kepala keluarga yang baik berkewajiban untuk memenuhi kebutuhannya, disamping itu kadang-kadang banyak kepala keluarga yang belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga tadi sehingga istripun rela untuk membantu sang ayah untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan sang keluarga untuk hidup.
Kita ambil sebuah contoh nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, pada saat sekarang banyak sekali di dalam masyarakat perkotaan sedang dilanda banjir. Akan tetapi banjir itu bukan banjir air melainkan banjir iklan, contoh saja agar kita menadi orang modern maka kita harus memiliki rumah di citraland, agar bahagia kita harus membili mobil BMW dan lain sebagainya. Banjir iklan tersebut tidak hanya menggenangi jalan-jalan raya akan tetapi juga sudah masuk kerumah-rumah bahkan sampai kekamar tidur, melewati televise, radio dan lain sebagainya. Sehingga kita tidak bisa menghindari lagi waktu yang tidsak luput dari genangan iklan.
Dengan kondisi seperti ini, dipastikan akan ada orang yang menjadi korban iklan atau terpengaruh oleh iklan. Tetapi tidak semua orang mampu memenuhi keinginan yang di pengaruhi oleh iklan sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut mereka melakukan segala cara seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas dapat menyebabkan pengaruh dalam struktur social yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhan yang bermacam-macam itu tidak terpenuhi. Dan keluarga dapat bisa bertahan apabila mau berhubungan dengan keluarga satu dengan keluarga yang lain atau masyarakat. Fenomena diatas dapat menyebabkan terjadinya konflik keluarga yang dapat menuju kepada penceraian. Akibatnya system ini bisa memunculkan ketegangan-ketegangan dan ketidak bahagiaan yang di rasakan oleh anggota keluarga. Karena kalau timbul penceraian maka yang dirugikan adalah anak-anaknya.
Sedikitnya ada empat studi yang menunjukkan adanya kaitan antara status social ekonomi dengan tingkat penceraian, dimana tingkat penceraian tinggi berada di kalangan masyarakat bawah. Dan semakin keatas strata masyarakat semakin rendah tingkat penceraiannya. Keempat study yang di maksud adalah
1. dari hasil sensus penduduk amerika serikat tahun 1950, hilman menganalisa data tentang status penceraian dikalangan laki-laki dengan katagori pekerjaan. Ia menemukan bahwa tingkat penceraian tinggi berada pada katagori pekerja kasar seperti buruh, pembantu rumah tangga dan lain sebagainya, sedangkan katagori mereka yang termasuk sebagai ”pekerja kerah putih ” yang berada pada lapisan menengah tingkat penceraiannya semakin menurun. Sedangkan pada katagori professional tingkat penceraiannya sangat rendah.
2. dari 425 wanita yang berada di wilayah Detroit. Amerika serikat yang bercerai, goode (1956) mencoba menghitung indeks kecerendungan terjadi penceraian dari status pekerjaan suami. Temuannya konsisten dengan hilman, bahwa tingkat penceraian yang terendah terdapat pada struktur okupasi tertinggi, tingkat penceraian tertinggi terjadi dikalangan wanita yang suaminya bekerja sebagai buruh atau tenaga kasar yang tidak terampil.
3. bahwa tingkat penceraian tertinggi terjadi pada strata okupasi terendah, kemudian tingkat penceraian berkurang itu terjadi pada okupasi menengah sedangkan okupasi teratas tingkat penceraiannya semakin mengecil. Itu tadi menurut Kephart tentang kasus penceraian yang terjadi di philadhelpia.
4. Dari 4.449 kasus penceraian yang terjadi di lowa, amerika serikat yang di temui oleh Monahan (1955), tingkat penceraian dikalangan professional, manager, pejabat tinggi dan pemilik saham sangat kecil. Kasus penceraian terbanyak pada kalangan buruh dan tenaga kasar. Temuan Monahan yang lainnya adalah tingkat penceraian dikalangan petani paling kecil, baik petani pemilik atau buruh tani, berbeda dengan hilman yang menemukan adanya tingkat penceraian petani pemilik sangat kecil sedangkan buruh tani palin banyak mengalami penceraian.
Keempat temuan diatas menggunakan okupasi sebagai indeks dari ststus social ekonomi. Selain okupasi hilman dan goode menggunakan pendidikan dan penghasilan sebagai indek ekonomi, namun hasilnya juga menunjukkan keterkaitan antara pendidikan dan penghasilan dengan tingkat penceraian yang kecerendungan sama dengan okupasi dan tingkat penceraian.
Salah satu factor penentu ialah kesulitan kehidupan secara material pada strata social yang rendah, dengan demikian adanya kemunkinan bagi pasangan pasangan yang mengalihkan ketidaksenangan mereka kepada segi segi lain kehidupan perkawinan. Hal ini terjadi di AS dimana ketidakadaan definisi kelas yang tegas berarti bahwa orang tidak menerima nasib mereka. Factor kedua lebih banyak wanita memperoleh kepuasan seksual dalam perkawinan pada strata social atas, lebih banyak laki laki menyenangi pekerjaan mereka. Dan lebih banyak pasangan menyesuaikan diri pada pasanganya sehingga mereka sedikit keinginan untuk melepaskan diri dari perkawinan itu.
Beriktnya, sumber pendapatan kalangan atas dikamsumir untuk banyak tujuan seperti untuk asuransi, pendidikan dan lain sebagainya. Sehingga tidak dapat dengan begitu saja digeserka sebagai persesuaian terhadap persoalan parsoalan ekonomis suatu penceraian. Menarik kembali bantuan menimbulkan lebih banyak persoalan pada tingkatan orang kaya dari pada yang rendah. Dan lebih banyak menimbulkan celaan masyarakat. Hal ini lebih ditekannkan perbedaan pendapat sang suami terhadap istri pada tingkat social yang lebih tinggi disbanding mereka yang berada di tingkat rendah. Sang wanita lebih bergantung pada suaminya dan lebih sedikit alas an untuk meninggalkannya. Sang wanita juga mendapatkan perlindungan lebih banyak secara sah.
Ada kemungkinan bahwa sikap sikap penceraian agak lebih bebas diantara strata social atas, tetapi jaringan luas dan sanak saudaranya lebih mapan sehingga kegoncangan perkawinan banyak kemungkinan menimbulkan persoalan dalam hubungan pribadi dan sanak. Seorang dari kelas menengah atau atas tidak dapat mengelakkan kewajiban perkawinannya dengan meninggalkan pasangannya, karena tidak mungkin dirahasiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar